Selasa, 08 Februari 2011

Udin pun termenung di depan toko itu beberapa saat. Dia berpikir keras untuk mencari cara bagaimana agar bisa pulang tepat waktu. Setelah hampir 10 menit berpikir, ia tak juga menemukan caranya. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Walaupun akan memakan waktu sangat lama untuk mencapai rumahnya, tapi tidak apa pikirnya. Itung - itung memberi kejutan kepada istri dan anaknya.

Jam tangan ADIDAS nya menunjukkan pukul 17.27 WIB. Ngomong - ngomong soal jam tangan ADIDAS nya itu, benda itu ia dapat dari anak bos nya di kantor. Masih segar di ingatan Udin peristiwa 3 tahun silam, anak bos nya itu berkata : " Mang Udin, mau tidak jam ini, modelnya sudah ketinggalan jaman. Diketawain ama temen - temenku Mang. Aku mau minta yang baru aja sama papi."
Udin pun kaget bercampur heran, " Tapi Mbak, ini kan masi bagus, bermerek lagi. Saya gak berani ah, nanti dimarahi Papinya Mbak. "
" Gak apa - apa Mang, daripada ini saya buang, mending saya kasi ke orang. Papi juga gak pernah nanya tuh. Mang Udin mau tidak, kalo gak saya kasi Pak Parjo Satpam di depan lho."
" Mau - mau Mbak,,,makasi banyak ya Mbak. "

Begitulah,sampai sekarang jam tangan itu masih melingkar di pergelangan tangannya. Walaupun tali plastiknya sudah banyak yang robek, tapi benda itu masih meninggalkan sisa - sisa kejayaannya di masa lalu. Udin sangat merawat jam tangan kesayangan nya itu.

Tak terasa ia sudah berjalan sekitar 50 menit, dengan menikmati hiruk pikuk kota tempat tinggal nya itu di kala senja ini. Dari kejauhan dia mendengar suara azan Maghrib. Maka ia pun segera menunaikan kewajibannya di salah satu mesjid terdekat. Setelah itu ia melanjutkan perjalanan pulangnya. Dadanya semakin sesak dipenuhi suka cita, karena membayangkan betapa bahagia anak dan istrinya nanti ketika ia sampai di rumah dan melihat apa yang ia bawa untuk mereka. Maka ia pun semakin memacu langkahnya.

Setelah hampir sampai di dekat perumahannya, ia terkejut melihat asap hitam pekat yang telah membubung tinggi ke udara. Dan orang - orang berlarian sangat panik. Jantung nya berdetak kencang, paru - paru nya memompa udara dengan sangat cepat. Yang terpikirkan olehnya adalah bagaimana keadaan anak dan istrinya, apakah rumah mereka ikut terbakar juga, apakah anak dan istrinya terluka, apakah....apakah.......
Banyak pertanyaan berkecamuk di otaknya. Setengah berlari ia menuju rumahnya. Ia ingin secepatnya sampai kerumahnya, bertemu anak dan istrinya.

Bersambung......................

http://benicoldness.blogspot.com/
http://chachakie.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar